Tugas pengantar bisnis minggu ke- 11 sampai minggu ke-13
Pertanyaan :
1.
Buatlah 1 contoh
laporan keuangan perusahaan riil dan universal (neraca dan laporan R/L) !
2.
Apa arti dari CSR
(comporer, sociality, responsibility) tentang tanggun jawab social suatu bisnis
pada masyarakat dan berilah 1 contoh perusahaan riil dan universal untuk
implementasi CSR ?
3.
Jelaskan
perkembangan bisnis internasional pada kurun waktu 5 tahun terakhir dan 10
tahun mendatang !
Jawaban :
1.
Contoh Laporan Keuangan dan Laporan Laba Rugi
2.
Tanggung
jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam
artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya
(namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan
berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga
harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk
jangka panjang. Contoh penerapan CSR pada PT.
Indosat.
3.
Analisa Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia 5 sampai 10 tahun Terakhir
Perkembangan
perekonomian dunia yang terus memburuk dan belum munculnya
tanda-tanda akan segera berakhirnya krisis global menyebabkan prospek perekonomian Indonesia ke
depan masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian yang tinggi.
Dampak
krisis dipastikan akan memberikan tekanan yang cukup signifikan, tidak saja
pada perekonomian domestik jangka pendek, namun juga akan mempengaruhi lintasan
variabel-variabel kunci ekonomi makro dalam jangka menengah. Meskipun diperkirakan akan mengalami tekanan yang cukup kuat pada tahun
2009, namun dalam jangka menengah perekonomian diperkirakan akan tetap bergerak
dalam lintasan pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi dengan laju inflasi yang tetap terkendali.
Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi, sementara kinerja ekspor juga akan
kembali mengalami penguatan sejalan dengan mulai bangkitnya perekonomian global pada
tahun 2010.
Penguatan
sisi permintaan domestik ini mampu diimbangi dengan meningkatnya daya
dukung kapasitas perekonomian, sehingga mampu menjaga kecukupan di sisi produksi.
Terjaganya keseimbangan antara sisi permintaan dan penawaran
inilah yang merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan perekonomian mampu terus
tumbuh tanpa harus mengorbankan stabilitas harga.
Meskipun demikian, tekanan yang cukup kuat
pada perekonomian dalam jangka pendek menyebabkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang akan cenderung terhambat, sehingga secara umum proyeksi perekonomian ini mengalami
penyesuaian ke bawah dibandingkan proyeksi sebelumnya (Tabel 4.5 dan 4.6).
Prospek Ekonomi Jangka Menengah
Dengan
perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 diperkirakan
mencapai 6,0% √ 7,0%, sementara laju inflasi sebesar 4,0%- 5,0%. Guna mewujudkan tercapainya proyeksi perekonomian di atas, maka perlu
diambil sejumlah kebijakan, yang mencakup kebijakan makro (moneter, fiskal, maupun perbankan)
serta kebijakan mikro (struktural). Berpijak pada karakteristik perekonomian domestik,
maka
kebijakan
ekonomi secara umum harus diarahkan untuk tetap menjaga ukuran pasar
(market size) dan daya beli masyarakat. Meskipun demikian, dalam jangka menengah panjang, hanya
kekuatan permintaan domestik yang mampu diimbangi oleh sisi produksi (penawaran) yang
memungkinkan perekonomian mencapai pertumbuhan tinggi tanpa harus mengorbankan stabilitas
harga. Oleh karena itu, dalam perspektif jangka menengah panjang, kemampuan untuk
meningkatkan kapasitas produksi domestik menjadi sangat penting.
Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Prospek
perekonomian global masih diliputi dengan ketidakpastian. Di tengah
upaya penyelamatan ekonomi yang saat ini sedang berlangsung di berbagai negara,
antara lain AS dengan paket stimulus fiskal senilai USD 838 miliar, kondisi perekonomian global masih
terus memburuk. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 diperkirakan mengalami perlambatan
menjadi 0,5% dari 3,4% pada tahun 2008. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut menyebabkan pertumbuhan volume
perdagangan dunia mengalami kontraksi hingga 2,8%.
Prospek
pertumbuhan ekonomi global dalam jangka menengah selanjutnya akan
sangat ditentukan oleh keberhasilan upaya pemulihan ekonomi dalam jangka pendek ini.
Apabila paket stimulus fiskal dapat berjalan mulus dan langkahlangkah penyelamatan perbankan di berbagai negara, khususnya di negara G-7,
berhasil memulihkan stabilitas di pasar keuangan, maka beberapa lembaga dunia seperti IMF
dan World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan mulai mengalami perbaikan di
akhir 2009. Akselerasi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mulai terjadi pada
2010 dan selanjutnya akan semakin kuat pada 2011 (Tabel 4.1).
Asesmen
Bank Indonesia 2 terhadap perkiraan pertumbuhan 3 (tiga) negara utama
dunia, yakni AS, negara kawasan Euro, dan Jepang, memperkuat perkiraan yang dihasilkan
lembagalembaga dunia di atas. Pertumbuhan PDB riil AS (yo-y) pada triwulan
I-2009 diperkirakan sebesar -1,9%, triwulan II sebesar -2,5%, triwulan III
sebesar -2,1% dan triwulan IV sebesar -0,2%, sehingga pertumbuhan sepanjang tahun 2009
diperkirakan akan sebesar -1,6%. Setelah tahun 2009 Amerika Serikat akan tumbuh positif 2,0%
pada 2010 dan selanjutnya 2,7% pada 2011. Untuk kawasan Euro, pertumbuhan PDB riil (y-o-y)
sepanjang tiga triwulan pertama 2009 juga negatif yaitu
masing-masing -2,0%, -1,9% dan -1,3%. Pada triwulan IV tahun 2009, kawasan Euro diperkirakan
sudah pulih dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1%.
Berpijak pada perkiraanperkiraan di atas, lintasan pemulihan ekonomi (recovery path) dunia, yang dimotori oleh Negara- negara maju, secara kuartalan diperkirakan akan mengikuti pola ≈U-shapeΔ, namun secara tahunan akan cenderung ≈V-shapeΔ.
Data
perkembangan Produk Domestik Bruto ditinjau dari sisi penggunaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir digunakan
sebagai data dasar untuk menganalisis ketahanan ekonomi Indonesia terhadap gejolak atau
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 dan yang berpotensi untuk terjadi kembali
pada akhir 2011 atau awal 2012 sehubungan dengan memburuknya krisis utang di 5 negara
Eropa (Portugal, Italia, Irlandia, Yunani dan Spanyol) serta belum pulihnya krisis ekonomi
AS.
Tabel
berikut ini menunjukkan perkembangan PDB menurut jenis penggunaan dalam waktu 10 tahun terakhir (dalam Rp
triliun).
Tabel
diatas menjelaskan bahwa:
a)
Dalam 10 tahun terakhir ditinjau dari sisi penggunaan, kontributor terbesar
terhadap PDB
Indonesia
adalah Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
yang
tumbuh secara signifikan diikuti oleh Konsumsi Pemerintah pada urutan ketiga.
Sedangkan
perdagangan internasional secara netto yaitu Ekspor dikurangi Impor
selama
10 tahun terakhir ini kontribusinya terhadap PDB cukup kecil.
b)
Pembentukan Modal Tetap Bruto meningkat cukup signifikan. Pembentukan Modal
Tetap
Bruto (PMTB) adalah pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur
pemakaian
lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. PMTB
mencakup
bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti
infrastruktur
jalan, pelabuhan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Pengeluaran
barang
modal untuk keperluan militer tidak dicakup dalam rincian ini tetapi
digolongkan
sebagai
konsumsi pemerintah. Tingginya laju peningkatan kontribusi PMTB menunjukkan
bahwa
kontribusi investasi mulai mengejar secara perlahan kontribusi konsumsi rumah
tangga
terhadap PDB.
c)
Besarnya kontribusi Konsumsi Rumah Tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
serta
Konsumsi Pemerintah dan kecilnya kontribusi netto perdagangan internasional
(Ekspor
dikurangi Impor) menunjukan bahwa kekuatan perekonomian Indonesia
sesungguhnya
terletak pada kekuatan pasar domestik dan kurang/tidak tergantung pada
pasar
ekspor. Kondisi ini pula yang menyebabkan perekonomian Indonesia relatif
lebih tahan terhadap krisis yang terjadi pada tahun 2008 dan juga terhadap
potensi krisis yang
mungkin
akan terjadi pada akhir 2011 atau awal 2012 di Zona Euro dan Amerika Serikat.
Tabel berikut ini menunjukkan kontribusi (dalam %) dari setiap sisi penggunaan
terhadap
PDB
dalam 10 tahun terakhir.
a)
Dari tabel ini terlihat dengan jelas kecenderungan semakin menurunnya
kontribusi
Konsumsi
Rumah Tangga dari 70,6% terhadap PDB pada tahun 2002 menjadi
56,7%
terhadap PDB pada tahun 2010. Dengan kecenderungan penurunan kontribusi
Konsumsi
Rumah Tangga ini maka pernyataan para pengamat yang mengatakan
bahwa
ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi pada dasarnya sudah tidak
tepat.
b)
Tabel ini juga menunjukkan bahwa Pembentukan Modal Tetap Bruto secara
konsisten
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu meningkat dari
20,2%
dari PDB pada tahun 2002 menjadi 32,2% dari PDB pada tahun 2010.
Kecenderungan
ini menunjukkan perkembangan yang sangat positif karena pendapatan
(termasuk
saving) digunakan untuk investasi barang modal yang pada gilirannya akan
meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Kita harus ingat
bahwa
tidak ada pertumbuhan tanpa investasi.
c)
Kontribusi perdagangan internasional secara netto (Ekspor dikurangi Impor)
cenderung
mengalami penurunan dari 8,5% dari PDB pada tahun 2001 menjadi
1,6%
dari PDB pada tahun 2010. Meskipun nilai ekspor pada tahun 2010 mencapai Rp
1.580,0
trilyun (atau 24,6% dari PDB), namun nilai impor juga cukup besar mencapai Rp.
1.475,8
trilyun (atau 23,0% dari PDB). Beberapa hal yang perlu dicermati terkait ekspor
dan
impor ini antara lain:
- Kecenderungan ini menunjukkan adanya sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya mengindikasikan bahwa PDB Indonesia bertumpu pada kekuatan ekonomi domestik, namun sisi negatifnya kalau kecenderungan penurunan kontribusi surplus perdagangan ini terus menurun bahkan bisa sampai negatif atau mengakibatkan defisit neraca perdagangan, maka hal ini perlu diwaspadai agar tidak terjadi banjir produk impor yang akan merugikan produk domestik.
- Namun berdasarkan pengalaman selama ini ketika ekspor mengalami peningkatan maka impor juga mengalami peningkatan sebaliknya ketika ekspor mengalami penurunan maka impor juga mengalami penurunan, sehingga kecenderungan penurunan ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena untuk pembiayaan impor diperlukan devisa yang antara lain diperoleh dari hasil ekspor. Untuk meningkatkan surplus neraca perdagangan, maka perlu ditingkatkan kebijakan bauran pengurangan impor (strategi subsitusi impor) dan peningkatan ekspor (strategi orientasi ekspor), termasuk mengurangi dan mengganti ekspor komoditas/bahan mentah dengan ekspor produk yang telah diolah, sehingga meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional.
- Semakin mengecilnya netto perdagangan luar negeri sejalan dengan peningkatan investasi (PMTB) pada dasarnya bukanlah merupakan hal yang negatif karena investasi barang modal yang kita lakukan sebagian memang memerlukan barang modal yang diimpor terutama barang modal untuk industri manufaktur dan industry pengolahan.
Mengantisipasi potensi krisis yang mungkin kembali terjadi dan berdasarkan data
perkembangan
perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dapat
disimpulkan
dan disarankan hal-hal sebagai berikut:
a)
Kekuatan perekonomian Indonesia pada dasarnya terletak pada kekuatan ekonomi
domestik
sehingga lebih tahan terhadap krisis ekonomi global.
b)
Pemerintah selama 7 tahun terakhir sudah menjalankan kebijakan fiskal yang
sangat
disiplin
sehingga dari sisi fiskal perekonomian Indonesia memiliki tingkat kesehatan
yang
cukup
baik.
c)
Bank Indonesia agar terus meningkatkan pengawasan terhadap sektor perbankan
kita
yang
kinerjanya cukup baik agar sektor perbankan ini memiliki daya tahan yang
tangguh
dalam
menghadapi krisis.
d)
BUMN dan usaha swasta agar mempercepat penerapan International Financial
Reporting
Standards (IFRS) agar laporan keuangan perusahaan merefleksikan secara
benar
dan fair kondisi bisnis yang dilakukan sehingga diharapkan dapat mencegah
krisis
keuangan
yang dipicu oleh usaha swasta sebagaimana terjadi atau dialami pada tahun
2008
di Amerika Serikat.
e)
Agar perekonomian domestik mampu bertahan maka kita tetap perlu menjaga tingkat
inflasi
dan mengendalikan gejolak nilai tukar. Di sektor riil ketahanan energi dan
ketahanan
pangan perlu terus ditingkatkan. Upaya peningkatan ketahanan energi dan
pangan
antara lain:
- Peningkatkan ketahanan energi antara lain penggunaan BBG dan LPG sebagai pengganti BBM bersubsidi untuk sektor transportasi dan percepatan pembangunan PLTU 10 Ribu MW untuk mengurangi penggunaan BBM Solar sebagai energi pembangkit.
- Peningkatan ketahanan pangan antara lain melakukan kembali Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (GP2BN) yang cukup sukses pada masa kerja KIB
f)
Terus melakukan perbaikan terhadap faktor yang menghambat investasi
(debottlenecking)
agar
peluang yang sangat besar dari kondisi perekonomian yang cukup
kondusif
saat ini mampu meraih aliran modal masuk untuk diinvestasikan di sektor riil
dalam
negeri, sehingga ketika krisis berakhir perekonomian kita dapat tumbuh dengan
laju
pertumbuhan yang lebih tinggi.